Kenali Empat Gaya Komunikasi di Sekitarmu!
Komunikasi adalah kunci penting dalam interaksi antar-manusia. Setiap gaya komunikasi memiliki ciri khas tersendiri dan dampak yang berbeda dalam berbagai situasi.
Kali ini kita akan membahas 4 gaya komunikasi yang paling umum dari yang negatif hingga positif sehingga kamu dapat mengenalinya dari orang sekitar dan dirimu sendiri, Sobat Katarasa! Tentu saja, kita akan membahas cara mempraktikan gaya komunikasi terbaik demi menghasilkan relasi yang lebih berkualitas!
Gaya Pasif
Jika gaya komunikasi memiliki skala konflik, gaya pasif dapat dikatakan paling mendekati angka nol atau jauh dari konflik. Namun, hal ini bukan berarti seluruhnya positif.
Gaya komunikasi pasif ditandai dengan keengganan untuk menyatakan pendapat, kebutuhan, atau perasaan secara jelas. Seseorang yang menggunakan gaya komunikasi pasif cenderung menghindari konflik dan sering kali membiarkan orang lain mengambil keputusan. Orang-orang ini mungkin merasa sulit untuk menolak permintaan orang lain atau mengekspresikan ketidaksetujuan. Bagi orang lain, mereka akan terkesan jauh dari konflik.
Sayangnya, jika kamu merasa memiliki gaya komunikasi ini, keputusanmu untuk tidak mengekspresikan opini dapat mengakibatkan perasaanmu tidak dihargai atau diremehkan oleh orang lain.
Gaya Agresif
Berlawanan dengan gaya pasif, dalam skala konflik, gaya agresif berada pada posisi teratas mendekati konflik.
Gaya komunikasi agresif ditandai dengan bergejolaknya kebutuhan dan keinginan pribadi tanpa memperhatikan perasaan, kebutuhan, serta pendapat orang lain. Seseorang yang menggunakan gaya komunikasi agresif cenderung mengintimidasi, mengkritik, bahkan mengancam orang lain untuk memperoleh apa yang diinginkannya.
Jika kamu merasa harus selalu menang atau mendapatkan tujuanmu melalui cara apa pun tanpa peduli jika harus menyakiti, merendahkan, dan tak segan mempermainkan emosi orang, ketahuilah bahwa gaya komunikasimu ini dapat menyebabkan konflik dan keretakan hubunganmu dengan orang lain secara serius. Bahkan kerusakan itu dapat terjadi pada dirimu sendiri.
Gaya Pasif-Agresif
Gaya komunikasi pasif-agresif menggabungkan elemen dari kedua gaya sebelumnya. Yang mana, justru menghasilkan gaya komunikasi tak kalah negatif di antara yang lain.
Jika analogi skala konflik masih berlaku, pasif-agresif dapat dikatakan berada di titik rentan konflik, dekat dengan gaya agresif. Bedanya, cara orang tersebut menampilkan penolakan sangatlah pasif, seolah menghindari masalah, padahal sebaliknya.
Seseorang yang menggunakan gaya ini mungkin terlihat pasif di permukaan, tetapi pada saat yang sama mengekspresikan ketidakpuasan atau marah secara tidak langsung. Mereka sering menggunakan sindiran, humor sarkastik, atau perilaku mengintimidasi secara terselubung untuk menyampaikan ketidaksetujuan mereka. Hal ini dapat menciptakan ketegangan dan ketidakjelasan dalam hubungan.
Untuk dirimu sendiri, sama seperti gaya pasif, batinmu bisa lelah jika terlalu lama memendam emosi negatif seperti marah, sedih, kesal, kecewa. Sementara untuk lawan bicaramu, bisa menyusahkan keseharian dan pekerjaan mereka jika kamu tidak memberitahu apa isi hati dan pikiranmu sebenarnya.
Gaya Asertif
Dalam skala konflik, komunikasi asertif berada di tengah, paling seimbang, dan efektif dalam berkomunikasi. Gaya inilah jawaban jika sejak tadi kamu bertanya-tanya, “Sebenarnya aku harus bagaimana untuk memperbaiki komunikasiku?”
Seseorang yang menggunakan gaya asertif mampu menyatakan pendapat, kebutuhan, atau perasaan secara jelas dan tegas tanpa melanggar hak atau perasaan orang lain. Mereka mendengarkan dengan aktif, menghormati perspektif orang lain, dan berusaha mencapai solusi yang saling menguntungkan.
Menurut Satu Persen, channel psikologi, trik paling mudah untuk menerapkan gaya ini adalah mengutamakan kata “aku” setiap mengutarakan pendapat. Jangan terlalu sering juga, ya! Bisa-bisa kamu dikatakan narsistik! Hanya saat menyatakan perasaan dan pendapatmu saja!
Contohnya, hindari melontarkan, “Kamu tuh nggak pernah dengerin aku!”, “Kamu salah, kamu selalu nggak bisa ngerjain ini!”
Lebih baik mengatakan, “Menurutku, kamu semakin jarang memberi perhatian ke aku.” Atau, “Menurutku, caramu ngerjain ini kurang tepat, harusnya ....”
Daripada memulai dengan kata ganti lawan bicara “kamu” yang terkesan men-judge, lebih baik ungkapkan perasaan dari sudut pandang dirimu sendiri. Dengan “menurutku”, kesan yang diterima lawan bicaramu akan lebih halus dan tidak terasa seolah dunia menyatakan dirinya salah. Melainkan hanya menurutmu, menurut satu orang yang memiliki perasaan dan pendapat.
Nah, itu dia jenis-jenis gaya komunikasi yang sering kita jumpai, Sobat Katarasa!
Dalam situasi tertentu, mungkin sulit untuk mengadopsi gaya komunikasi asertif secara langsung. Namun, dengan latihan dan kesadaran diri yang tajam, seseorang dapat meningkatkan keterampilan ini!
Gaya komunikasi asertif memungkinkan individu untuk membangun hubungan yang sehat dan saling menguntungkan dengan orang lain. Jadi, siapkah kamu membuat relasi sosialmu menjadi lebih berkualitas?
Reporter: Oktaviana Permatasari
Editor: Adinda Balqis
Admin Blogspot: Deta Sekar Tanandar
Komentar
Posting Komentar