Ketergantungan Ponsel dan Pengaruhnya Pada Kualitas Hidup

Foto: Ayasha Hadisumarto


Ponsel telah menjadi salah satu benda yang paling penting bagi generasi sekarang. Selain karena multifungsi dan mampu menyimpan informasi penting, ponsel juga membantu menghubungkan satu individu dengan individu lainnya tanpa harus bertemu. Teknologi canggih masa kini tersebut mustahil untuk tidak dimiliki oleh sebagian besar penduduk di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Namun dengan hadirnya ponsel, muncul masalah yang mengkhawatirkan khalayak yakni lahirnya fenomena sosial bernama ketergantungan ponsel. Fenomena ini diderita oleh pengguna ponsel dan dapat membahayakan hidup jika sudah kronis. Gejalanya berupa ketidakmampuan untuk lepas dari gadget dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

"Kalau nggak ada HP di dekat saya atau lagi nggak megang HP, saya jadi panik, khawatir. Gara-gara itu, waktu saya banyak terbuang karena saya main HP terus. Waktu ke toilet, saya sendiri bawa HP. Separah itu," kata Ayasha Hadisumarto, salah satu mantan 'korban' fenomena ketergantungan ponsel saat dihubungi via Zoom.

Ayasha mulai mengenal ponsel sejak tahun 2014, ketika masih mengenyam pendidikan kelas lima di Sekolah Dasar. 

"HP-nya model iPhone 3G, bekas saudara saya. Cuma untuk kontakan dengan ayah dan ibu saya." Ayasha menjelaskan.

Sejak itu, Ayasha menjadi terobsesi dengan ponsel. Baginya, ponsel adalah benda yang amat berguna dan juga menyediakan berbagai macam hiburan sehingga ia tidak mudah bosan.

"Apa saja bisa dilalui asal ada HP."

Hal ini kemudian menjadi senjata membahayakan bagi Ayasha ketika ia mulai mengalami banyak kejadian yang tidak mengenakan akibat ketergantungannya dengan ponsel. Kualitas hidupnya menurun drastis secara akademis dan non-akademis, baik dari aspek perkuliahan atau hidup.

"Waktu tidur saya banyak terbuang karena malamnya main HP. Saya jadi nggak fokus kuliah, nggak bisa ngerjain tugas karena pikirannya HP, HP, HP mulu," ungkap Ayasha.

Kejadian ini terus berulang sehingga banyak tugas gagal kumpulkan sesuai tenggat waktu. Untuk mengatasi masalah ini, Ayasha mulai mengubah kesehariannya dengan mematikan ponsel sejenak dan menenangkan diri melalui membaca buku, menggambar, atau melukis.

"Saya sisihkan waktu minimal dua atau tiga jam untuk itu, sebisanya setiap hari. Kalau ada hal yang mendadak, bisa tinggal di telepon saja," ujar Ayasha.

Solusi yang Ayasha buat untuk menghadapi fenomena membahayakan ini telah membantunya dapat melepaskan diri dari ponsel, terutama dalam jangka waktu panjang.

Kini, Ayasha merasa tidak perlu harus membawa ponsel setiap ke kamar mandi dan mampu membangkitkan kembali kondisi akademisnya yang sempat turun.


 Reporter: Mutiara Safina
Editor: Adinda Balqis
Admin Blogspot: Deta Sekar Tanandar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Berpakaian di Event Cosplay

Keanggunan Tak Kasat Mata dalam Musik Klasik

Sibuk Farmasi tapi Sempat Mengajar Mengaji