Mengais Uang Jajan dengan Piano

Foto: Lisa Dharma Putri

[Feature News]

Di tengah-tengah ruangan sempit, sesak dipenuhi oleh tumpukan buku di lemari dan berlampu redup, terdengar suara alunan piano indah nan memikat bagai putri duyung sedang memancing para perompak kapal untuk menceburkan diri ke lautan. Siapapun yang mendengarnya akan ikut terhipnotis dan tenggelam dalam halusinasi dunia fana tanpa disadari.

Sosok dibalik alunan piano adiktif tersebut ialah seorang pengajar les piano privat berusia 20 tahun bernama Lisa Dharma Putri bersama muridnya.

Pada detik Lisa mulai mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia Yogyakarta pada tahun 2022, ia tidak pernah sekalipun terpikirkan akan harus mencari uang jajan tambahan seorang diri, jauh dari keluarga dan kerabat, terluntang-lantung seorang diri hingga langit gelap sementara teman-teman seusianya sibuk bersenang-senang di klub malam.

“Iya, ndak punya waktu main sama teman-teman seusia aku karena aku kebanyakan kerja,” ungkap Lisa saat ditemui via Zoom, malam Minggu.

Sejak menduduki kelas 3 di Sekolah Menengah Musik Yogyakarta, sang mahasiswi prodi Musik dan Instrumen Mayor Piano sudah mulai mengajar les piano privat untuk anak-anak. Rentang usia muridnya mulai dari TK B sampai kelas tiga SMP. Setiap satu kali pertemuan, Lisa hanya dibayar sebesar Rp70.000 sampai Rp100.000.

Gadis berambut hitam sepundak tersebut diketahui mempunyai jadwal tetap untuk mengajar setiap hari Sabtu, pukul 6.30 pagi sampai 18.00 sore dengan mengunjungi rumah pribadi mereka satu per satu. Dalam sehari, Lisa harus duduk di kursi piano bersama delapan anak berbeda-beda. Masing-masing anak memakan waktu 45 sampai 60 menit.

Kelelahan Lisa semakin bertambah dengan jadwal harian pada hari kerja. Sepulang dari kampus, gadis kelahiran 2003 ini harus mengendarai motor Beat kesayangannya menuju rumah satu atau dua anak untuk mengajari mereka piano pada 16.00 sore sampai 20.00 malam.

Pekerjaan ini merampas waktu tidur Lisa. Si gadis bertubuh rapuh dan kurus baru bisa menapakkan kaki di kediamannya ketika matahari sudah tenggelam, pukul 22.00 malam. Dengan lelah menjalar di tubuh, ia baru bisa tertidur pada pukul 01.00 sampai 03.00 dini hari. Bahkan terkadang sama sekali tidak tidur demi menghadiri perkuliahan yang dimulai pukul 08.00 pagi.

“Capek, Kak, tapi mau gimana lagi. Aku yang pilih pekerjaan ini karena sebenarnya aku yang pengen cari penghasilan tambahan karena pandemi,” tuturnya.

Saat mengucapkan kalimat itu, wajah penuh kelelahan tergambar jelas di wajah Lisa. Meski kantung matanya harus semakin besar setiap tahun kian dengan semakin banyaknya tugas kuliah, gadis tersebut senantiasa tetap senang dan bangga menjalani pekerjaannya. Setiap inci dari wajah murid-muridnya tidak akan pernah Lisa lupakan dan akan selalu tersimpan di kepala karena wajah-wajah tersebut mewakilkan kerja kerasnya selama tiga tahun kebelakangan.

“Aku bangga bisa cari uang sendiri, bisa cari relasi dan ketemu banyak orang baik, murid-murid yang menyenangkan. Ndak menyesal,” tutup Lisa.

Reporter: Mutiara Safina
Editor: Putri Nurhaliza
Admin Blogspot: Deta Sekar Tanandar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Berpakaian di Event Cosplay

Keanggunan Tak Kasat Mata dalam Musik Klasik

Sibuk Farmasi tapi Sempat Mengajar Mengaji